Konsumtifadalah kecenderungan untuk membeli barang-barang yang tidak diperlukan. Jangan biarkan anak Anda menjadi konsumtif, Moms. Stop Sifat Konsumtif pada Si Kecil! by: Wieta Rachmatia / 2019-06-12 14:00:01. Ya, faktor orang tua menjadi salah satu alasan utama anak menjadi konsumtif. Jika Moms dan Dads yang gemar berbelanja, maka Hedonismeadalah salah satu gaya hidup yang dirasa kurang baik. Sifat hedonisme adalah berusaha menghindari hal-hal yang menyakitkan atau menyusahkan dengan memaksimalkan perasaan-perasaan menyenangkan, begitu seperti dikutip dari laman bank OCBC NISP. Contoh hedonisme dalam kehidupan sehari-hari adalah perilaku berbelanja secara boros Bekerjakeras hari ini adalah salah satu caramu mempersiapkan dirimu menghadapi hari-hari yang lebih berat. Berikan apresiasi pada dirimu, namun sewajarnya. Investasi masa depan, jauh akan Pilihanbudaya hedonisme sangat menarik bagi kalangan remaja. Dengan gaya hidup hedonisme ini, remaja memiliki kecenderungan sifat untuk selalu merasakan hidup yang jauh lebih enak, mewah, nyaman dan pastinya serba berkecukupan tanpa harus bekerja keras. Remaja penganut budaya hedonisme menjadikan mereka memiliki standarisasi terhadap kondisi Dansatu lagi P2P lending produktif yang peminjam dananya adalah para pengusaha mikro. P2P lending bisa jadi investasi jangka pendek karena tenornya sebentar, ada yang dua tahun, setahun dan bahkan ada hitungan hari saja. Jika kamu memilih P2P lending konsumtif, kamu bisa pilih tenor dengan hitungan hari, tetapi memang resikonya cukup besar. Adapuntaqtir adalah memangkas pembelanjaan harta sehingga kebutuhan sendiri saja tidak tercukupi (Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur'anil Adzim, 5/608). Mewaspadai Jebakan Kapitalisme. Gaya konsumtif adalah salah satu buah busuk kapitalisme dan juga jebakan untuk memaling seorang Muslim dari sikap yang harus dia miliki sebagai orang beriman. Salahsatu proses perubahan sosial dalam masyarakat adalah modernisasi. Munculnya budaya hedonisme dan masyarakat konsumtif. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa tujuan hidup yang paling utama adalah kesenangan dan kenikmatan. Bagi penganut budaya ini, mereka menjalani hidup sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang Konsumtifadalah pembelian impulsif, tidak rasional, dan boros. Orang yang konsumtif lebih mementingkan memenuhi keinginan daripada kebutuhan. Ini juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental. SehatQ for Corporate. Toko Obat Artikel Tindakan Medis Dokter Rumah Sakit Penyakit Chat Dokter Promo Semua. Salahsatu contoh sifat konsumtif adalah . a. Membeli secukupnya b. Membeli yang dibutuhkan c. Membeli dengan hati-hati d. Membeli dengan boros . Latihan Soal Online - Semua Soal Contohlain dari hewan homometabola adalah ngengat, semut, lebah. Holometabolisme, juga disebut metamorfosis lengkap, adalah bentuk perkembangan serangga yang meliputi empat tahap kehidupan: telur, larva, pupa dan imago atau dewasa. Holometabolisme adalah sifat synapomorphic dari semua serangga di superorder Endopterygota. 28lpT. Konsumerisme adalah perilaku konsumtif berlebihan yang timbul dari keinginan membeli barang atau jasa untuk kepuasan pribadi. Dengan kata lain, konsumerisme artinya adalah budaya konsumsi secara terus-menerus. Konsumerisme menjadi salah satu dampak dari globalisasi dan sistem kapitalisme modern yang telah berkembang ke seluruh penjuru dunia. Adanya internet dan media sosial seolah membuat konsumerisme semakin menjamur. Apa itu Konsumerisme Konsumerisme dapat diartikan sebagai paham atau ideologi yang menjalankan proses konsumsi dan pemakaian barang produksi secara berlebihan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, konsumerisme adalah salah satu bagian gaya hidup yang menganggap bahwa barang-barang mewah atau tersier sebagai tolak ukur kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya. Tak heran jika perilaku ini kerap dihubungkan dengan sifat boros, glamour, dan hedon. Menurut sosiolog Jean Baudrillard, konsumerisme artinya budaya konsumsi modern yang menciptakan hasrat untuk mengonsumsi sesuatu secara terus menerus. Seseorang yang dengan gaya hidup konsumerisme umumnya ingin menunjukkan status sosialnya, sehingga dapat dikatakan tujuan konsumerisme bukan karena kebutuhan, melainkan lifestyle belaka. BACA JUGA Apa Itu FOMO dan Strategi yang Biasanya Digunakan Ciri-ciri Konsumerisme Setelah mengetahui apa itu konsumerisme, selanjutnya kami akan memaparkan beberapa ciri konsumerisme. Ada beberapa ciri konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Membeli Barang Karena Tren Ciri-ciri menonjol dari konsumerisme adalah keinginan untuk mengikuti tren. Konsumerisme bisa muncul karena perasaan FOMO Fear of Missing Out dan takut ketinggalan tren. 2. Ingin Tampil Beda dan Menarik Perhatian Ciri lain dari konsumerisme adalah keinginan untuk tampil beda agar menarik perhatian orang lain. Orang-orang yang konsumtif biasanya mengincar barang-barang mewah terbaru atau yang limited edition. Selain untuk kepuasan pribadi, perilaku ini juga untuk menarik perhatian orang lain. 3. Bangga Terhadap Penampilan dan Kepemilikan Barang Pelaku konsumerisme biasanya akan bangga dengan sesuatu yang mereka miliki, entah penampilan atau barang tertentu. Perasaan ini dapat memicu keinginan untuk pamer kepada orang lain dan merasa bangga berlebihan terhadap diri sendiri. Sama seperti hedonisme, konsumerisme bukanlah perilaku yang secara alami ada pada diri manusia. Konsumerisme artinya adalah sesuatu yang terjadi karena beberapa penyebab, di antaranya 1. Globalisasi Penyebab utama konsumerisme adalah globalisasi, yang terjadi saat banyak produk-produk luar masuk ke pasar Indonesia. Produk-produk ini seringkali memiliki beberapa keunggulan sehingga membuat masyarakat ingin terus membelinya. 2. Kemajuan Teknologi Konsumerisme sulit berkembang tanpa kehadiran teknologi. Saat ini, gaya hidup mewah dan konsumtif sangat mudah ditemukan di berbagai unggahan media sosial, baik dari kalangan selebriti, influencer, bahkan orang biasa. Tanpa disadari, gaya hidup mewah ini dapat “menular” ke siapapun yang terpapar unggahan tersebut secara terus-menerus. 3. Budaya Pop Selain dari unggahan di media sosial, menyebarnya budaya pop juga telah menyebabkan konsumerisme. Budaya pop yang dimaksud meliputi film, game, musik, dan lain-lain. Produk-produk yang ada di dalamnya menyebabkan banyak orang ingin membeli atau menggunakannya, meski tidak benar-benar membutuhkan. 4. Tren Gaya Hidup Penyebab lain dari konsumerisme adalah tren yang tersebar di kalangan masyarakat. Tren ini biasanya dipopulerkan oleh kalangan figur publik atau influencer di media sosial, yang membuat masyarakat ingin menggunakannya juga. BACA JUGA Lima Contoh Budaya Perusahaan yang Unik Dampak Konsumerisme Sebenarnya, konsumerisme tidak hanya bisa membawa dampak negatif, tetapi juga dampak positif. Apa saja? Dampak Negatif Ada beberapa dampak negatif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Menimbulkan Sifat Boros Orang dengan jiwa konsumtif akan cenderung melakukan pemborosan. Hal ini karena saat mereka membeli suatu barang atau jasa, mereka lebih banyak mementingkan kepuasan dibanding kebutuhan. 2. Kesulitan Mengatur Keuangan Sifat boros yang disebabkan oleh gaya hidup konsumerisme, juga akan membuat orang kesulitan mengatur keuangan. Kebiasaan membeli barang tanpa didasari kebutuhan juga bisa memicu kondisi “besar pasak daripada tiang”, di mana pengeluaran lebih besar daripada pemasukan. Konsumerisme juga menyebabkan seseorang sulit menabung dan berinvestasi untuk masa depan keuangannya. 3. Memicu Ketimpangan Sosial Dampak negatif lain dari konsumerisme adalah bisa menimbulkan ketimpangan sosial. Hal ini karena tidak semua masyarakat memiliki daya beli yang sama, padahal tren atau gaya hidup konsumtif berkembang di seluruh lapisan masyarakat. Akibatnya, ketimpangan sosial pun tidak bisa dihindari. 4. Dapat Memicu Utang Orang dengan daya beli rendah, namun ingin mengikuti tren yang berkembang, kemungkinan akan memutuskan berutang demi tercapainya kepuasan diri tersebut. Utang yang menumpuk dan tidak terkendali akan membawa masalah lain yang lebih serius, seperti kriminalitas atau depresi. Dampak Positif Ada beberapa dampak positif dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Walau banyak memicu dampak negatif, namun tidak bisa dimungkiri bahwa konsumerisme juga dapat meningkatkan siklus pembelian dan penjualan. Hal ini akan secara langsung mendorong roda pertumbuhan ekonomi suatu negara. 2. Meningkatkan Daya Kreativitas dan Inovasi Pelaku Usaha Dampak positif lain dari konsumerisme adalah mendorong pelaku bisnis untuk lebih kreatif dan berinovasi menciptakan produk-produk yang disukai masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena berkat konsumerisme, selera masyarakat akan suatu produk akan terus berkembang. Semakin banyak permintaan suatu barang, semakin turun pula biaya produksinya. Hal ini tentu akan menguntungkan konsumen, karena harga jualnya juga menjadi lebih rendah. 4. Meningkatkan Jumlah Lapangan Kerja Dampak positif terakhir dari konsumerisme adalah meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini dapat terjadi karena semakin banyak produk yang beredar, semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan. BACA JUGA Domain .ART – Ideal Bagi Komunitas Seni dan Budaya Contoh Konsumerisme Ada beberapa contoh dari konsumerisme, di antaranya adalah sebagai berikut 1. Membeli Barang Mewah karena Mengikuti Tren Salah satu tren yang dapat memicu sikap konsumerisme adalah mengoleksi tas-tas branded dengan harga fantastis, mulai dari belasan hingga ratusan juta. Mirisnya, tidak sedikit orang yang rela berutang atau menggunakan kartu kredit demi mengikuti tren ini. 2. Membeli iPhone Terbaru Agar Tidak Ketinggalan Tren Contoh lain konsumerisme adalah membeli iPhone terbaru. Mengapa demikian? iPhone memang selalu menjadi perbincangan di seluruh kalangan. Seseorang yang menggunakan iPhone kerap dinilai sebagai orang yang trendi dan berkelas. Sehingga, membeli seri terbaru iPhone setiap tahun dengan alasan agar tidak ketinggalan zaman dapat menjadi salah satu contoh konsumerisme 3. Membeli Koin Crypto hingga Ratusan Juta Beberapa waktu lalu, banyak orang terkena “demam” crypto, atau investasi mata uang digital. Tren ini memicu konsumerisme, bahkan banyak orang rela berutang agar tidak tertinggal tren berinvestasi. Konsumerisme memang tidak selamanya buruk. Namun, ada baiknya Anda tetap mengontrol diri supaya tidak terjebak dalam konsumerisme yang memicu kerugian. Itulah penjelasan tentang apa itu konsumerisme oleh Rumahweb Indonesia. Semoga artikel ini bermanfaat! Konsumtif adalah salah satu perilaku manusia yang cukup membahayakan jika dibiarkan begitu saja. Terlebih, di jaman yang serba cepat dan praktis seperti sekarang dimana hampir semua orang dapat dengan mudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan merupakan salah satu hal yang tidak terelakan bagi manusia. Sebab, setiap manusia pasti memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat bertahan hidup. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat bertahan hidup yakni dengan membeli barang dan jasa yang dibutuhkan. Misalnya makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Namun, terkadang seseorang dapat terjebak dalam perilaku konsumtif dimana mereka menghabiskan uang yang ada hanya untuk memenuhi keinginannya. Padahal, barang tersebut tidak terlalu penting ataupun dibutuhkan. Sobat BFI, mari kita kenali lebih dekat apa itu perilaku konsumtif melalui tulisan yang satu ini. Apa Itu Konsumtif? Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumtif merupakan kata sifat yang memiliki arti mengonsumsi, hanya memakai, dan tidak menghasilkan sendiri. Secara garis besar, perilaku konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup seseorang yang suka menghabiskan uangnya tanpa pikir panjang. Jika dibiarkan begitu saja perilaku konsumtif dapat menjadi masalah serius. Seperti timbulnya masalah finansial, stres, sampai dengan mengancam keseimbangan sumber daya alam. Contoh Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah kecenderungan untuk terus membeli barang dan jasa secara berulang-ulang meskipun tindakan tersebut cukup membahayakan kondisi finansial. Agar Anda dapat memahami apa itu perilaku konsumtif, simak beberapa contoh berikut ini. 1. FOMO Selalu Ikut Tren Contoh perilaku konsumtif yang pertama adalah FOMO atau suatu tindakan untuk selalu mengikuti tren terkini. Orang yang FOMO akan senantiasa melakukan apa saja demi bisa mengikuti tren yang ada, tak terkecuali untuk merogoh kocek yang cukup lumayan untuk benda atau jasa yang menjadi bahan perbincangan banyak orang saat ini. Baca Juga FOMO Adalah Penyebab, Ciri-Ciri, dan Cara Mencegahnya 2. Rasa Gengsi yang Tinggi Contoh perilaku konsumtif berikutnya yakni adanya rasa gengsi yang tinggi demi meningkatkan status sosial, dianggap baik, keinginan untuk diterima dan diakui suatu kelompok atau lingkungan, serta memenuhi ekspektasi sosial. Perilaku konsumtif akibat rasa gengsi dapat terlihat dari kebiasaan membeli gadget atau elektronik terbaru, kendaraan dengan merek tertentu, dan membeli barang atau jasa terbaru meskipun tidak terlalu penting. 3. Gaya Hidup Mewah Hedonisme Hedonisme atau gaya hidup bermewah-mewahan merupakan contoh perilaku konsumtif berikutnya. Seseorang dengan gaya hidup hedonisme memiliki kecenderungan untuk mencari kepuasan secara instan dengan membeli berbagai barang atau jasa yang mereka inginkan tanpa pikir panjang. Alhasil, gaya hidup yang mereka anut ini membawa malapetaka untuk diri sendiri, khususnya masalah finansial yang tidak berkesudahan. Baca Juga Gaya Hidup Hedonisme Definisi, Penyebab, dan Cara Mengatasinya 4. Impulsive Buying Serupa dengan hedonisme, impulsive buying adalah tindakan membeli barang dan jasa secara tiba-tiba akibat adanya dorongan emosional, seperti keinginan untuk memiliki, takut kehabisan, takut ketinggalan jaman, sampai dengan adanya dorongan dari lingkungan orang tersebut berada. Contoh impulsive buying yang saat ini cukup marak terjadi yaitu menghambur-hamburkan uang untuk membeli barang online secara terus menerus tanpa dipikir terlebih dahulu. Baca Juga Sudah Gajian? Simak Dulu Tips Mengontrol Belanja Impulsif Berikut Ini! Faktor Penyebab Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif dapat terjadi dikarenakan oleh dua faktor. Pertama, yakni adanya dorongan dari dalam diri atau faktor internal. Kedua, adanya pengaruh dari luar yang membuat seseorang berperilaku konsumtif atau yang dapat disebut sebagai faktor eksternal. Infografis Perilaku Konsumtif Image Source Digital Aset BFI Finance Faktor Internal Faktor internal atau dari dalam diri sendiri menjadi pemicu seseorang memiliki perilaku konsumtif. 1. Motivasi Adanya dorongan dalam diri untuk mewujudkan keinginannya. 2. Kepribadian Pola perilaku atau karakter seseorang. 3. Harga Diri Orang dengan harga diri rendah cenderung lebih mudah dipengaruhi ketimbang mereka yang memiliki harga diri tinggi. 4. Proses Belajar Pengalaman hidup seseorang menentukan apa yang akan ia beli. 5. Gaya Hidup Cara seseorang memanfaatkan waktu dan uang yang dimilikinya. Faktor Eksternal Selain faktor internal, perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang dapat terjadi akibat pengaruh dari luar. Beberapa diantaranya yakni dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi, dan keluarga. 1. Kebudayaan Perkembangan zaman dan pergeseran budaya di masyarakat dapat memicu perilaku konsumtif. 2. Kelas Sosial Golongan atas, menengah, bawah. Penggolongan berdasarkan kekayaan, kekuasaan, kehormatan, ilmu pengetahuan. 3. Kelompok Referensi Lingkup pergaulan yang mempengaruhi sikap, pendapat, norma, dan perilaku belanja seseorang. 4. Keluarga Gaya hidup yang dianut suatu keluarga dapat mempengaruhi perilaku anggota keluarga yang ada. Dampak Negatif Perilaku Konsumtif Sebagaimana yang sudah Anda ketahui, perilaku konsumtif adalah kecenderungan seseorang untuk menghabiskan uangnya hanya untuk memenuhi hasrat dan keinginan semata, tanpa mau mempertimbangkan apakah barang dan jasa yang dibeli adalah sebuah kebutuhan. Tak ayal, perilaku seperti memiliki kecenderungan negatif yang dapat berdampak pada seseorang. Dampak negatif yang menghantui mereka dengan gaya hidup ini diantaranya adalah Image Source Freepik/ 1. Masalah Finansial Orang dengan perilaku konsumtif cenderung berpikir secara rasional. Mereka sering menghabiskan uangnya untuk membeli barang dan jasa tanpa berpikir dua kali atau setidaknya didasari dengan tujuan yang jelas. Tak heran, tindakan mereka yang kurang bijak ini menjadi penyebab utama masalah keuangan seseorang. Ini dikarenakan mereka tidak dapat memprioritaskan kebutuhan utama mereka dan membiarkan keinginan dalam diri mereka selalu terpenuhi tanpa pikir panjang. Alhasil, sebagian dana yang bisa dialokasikan untuk dana darurat atau tabungan lenyap begitu saja. Orang dengan perilaku konsumtif juga kerap kali nekat untuk berhutang dan akrab dengan praktik gali lubang tutup lubang. Baca Juga 8 Resolusi Keuangan Untuk Tahun 2023 yang Lebih Baik! 2. Memicu Rasa Stres dan Cemas Perilaku konsumtif adalah perilaku yang dapat memicu seseorang mudah mengalami stres dan cemas. Hal ini terjadi sebagai bentuk konsekuensi dari tindakan mereka yang kurang bijak dalam membelanjakan uangnya dan berdampak pada kesulitan finansial. Ketika seseorang mengalami kesulitan secara finansial, mereka akan lebih mudah untuk merasa stres dan cemas akibat ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, terutama kebutuhan primer. Rasa stres dan cemas yang ada dapat diperparah bilamana terdapat tekanan sosial atau budaya yang menuntut seseorang untuk memiliki barang tertentu agar dapat dianggap sukses dan diterima dengan baik di suatu lingkungan. Baca Juga Jaga Kesehatan Mental, Mari Mengenal Lebih Dekat Toxic Positivity 3. Pemborosan Sumber Daya Penggunan berlebihan terhadap sumber daya seperti air, bahan bakar, dan lain sebagainya dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan manusia. Seseorang dengan perilaku konsumtif seringkali sumber daya seperti uang, bahan bakar, energi, dna lainnya untuk keinginan semata, bukan untuk memenuhi kebutuhan utama mereka. Jika dilakukan secara signifikan, tentu, bukan tidak mungkin akan membawa dampak kerusakan pada lingkungan serta perputaran ekonomi yang ada. Tips Menghindari Perilaku Konsumtif Perilaku konsumtif adalah gaya hidup yang sebetulnya dapat kita hindari melalui beberapa tips di bawah ini. 1. Kenali Mana Kebutuhan dan Keinginan Seringkali kita terjebak dalam situasi dimana tanpa sadar kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang ternyata tidak kita butuhkan atau istilah lainnya lapar mata. Fenomena ini dapat terjadi saat Anda tidak mampu memisahkan antara kebutuhan dengan keinginan. Kebutuhan adalah hal mendasar yang harus dipenuhi oleh seseorang demi keberlangsungan hidupnya, seperti makanan, pakaian, kesehatan, dan tempat tinggal. Sedangkan keinginan adalah sesuatu yang diinginkan oleh seseorang, namun tidak selalu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Keinginan umumnya bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh kepribadian, minat, sampai dengan kebiasaan. Tips Membedakan Antara Kebutuhan dan Keinginan Beri waktu sejenak untuk berpikir dan bertanya pada diri sendiri apakah butuh atau sekedar ingin. Kelompokan keinginan dalam kategori tertentu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah Anda dalam mengambil keputusan yang bijak. Misalnya keinginan yang berkaitan dengan hobi, karir, keluarga, keuangan, dan lain sebagainya. 2. Lakukan Budgeting Buat Anggaran Pengeluaran dan Pemasukan yang Jelas Tips yang kedua untuk mencegah terjadinya perilaku konsumtif adalah dengan melakukan budgeting. Budgeting dilakukan untuk memastikan anggaran pengeluaran dan pemasukan Anda tertata dengan baik, sehingga Anda tidak perlu untuk membeli sesuatu yang tidak perlu. Tips Melakukan Budgeting Secara Efektif Menentukan Tujuan Keuangan Sebelum Anda melakukan budgeting, penting untuk mengetahui gambaran jelas terkait tujuan yang akan Anda capai baik itu dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Ini berguna untuk membantu Anda dalam menentukan skala prioritas. Menghitung Total Pendapatan dan Pengeluaran Buat daftar terperinci terkait sumber pendapatan Anda, mulai dari gaji, bonus, passive income, dan lain sebagainya. Hitung juga semua daftar pengeluaran Anda, mulai dari kebutuhan bulanan, cicilan, dana rekreasi, dan lain-lain. Buat Daftar Kebutuhan dan Keinginan Kelompokkan pengeluaran yang Anda miliki ke menjadi kebutuhan dan keinginan. Dengan adanya daftar ini, Anda bisa dengan mudah memutuskan mana yang sebaiknya segera dipenuhi dengan yang tidak. Menentukan Batas Anggaran Setelah Anda berhasil menghitung total pendapatan dan pengeluaran, selanjutnya tentukanlah batas anggaran dari setiap kategori yang ada. Dengan begitu, keuangan Anda akan lebih tertata. 3. Jangan Terlalu Sering Mengikuti Tren Mengikuti tren dan perkembangan terkini boleh dikatakan sebagai makanan sehari-hari. Namun, untuk menghindari munculnya perilaku konsumtif dalam diri kita, ada baiknya untuk tidak terlalu sering mengikuti tren yang ada. Tren erat kaitannya dengan produk dan jasa yang baru. Hal ini dapat menjadi pemicu seseorang menginginkan barang tersebut, sehingga terjadi pemborosan secara finansial yang berdampak pada diri sendiri. 4. Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain Setiap manusia pada dasarnya memiliki keunikan dan latar belakang yang sangat beragam. Fakta ini seharusnya bisa menyadarkan kita bilamana membandingkan diri dengan orang lain merupakan suatu tindakan yang tidak sehat dna menimbulkan tekanan finansial pada diri kita. Mulai sekarang, cobalah untuk berefleksi pada diri sendiri. Kenali siapa diri kita sebenarnya agar kita mampu memfokuskan pada nilai-nilai yang lebih penting, seperti kebahagian, kesehatan, dan hubungan baik dengan keluarga dan orang terdekat. 5. Belanja Sesuai Kemampuan Tips terakhir untuk dapat menghindari perilaku konsumtif adalah dengan berbelanja sesuai dengan kemampuan kita saat ini. Belanjakanlah uang yang Anda miliki secara bijak dan efektif. Pastikan untuk menyisihkan sebagian uang yang ada untuk menabung, berinvestasi, dan beramal. Sobat BFI, demikian pembahasan terkait Konsumtif Adalah Pengertian, Faktor Penyebab, Tips Menghindarinya. Harapannya, melalui tulisan ini Anda bisa memahami apa itu perilaku konsumtif dan dampaknya terhadap diri sendiri, orang lain, serta lingkungan. Semoga kita senantiasa menjadi pribadi yang selalu bertumbuh ke arah positif. Ingin tahu informasi menarik lainnya seputar gaya hidup, bisnis, pinjaman, dan masih banyak lagi? Ikuti terus artikel terbaru di BFI Blog. Hadir setiap Senin-Jumat! Dapatkan pinjaman dana cepat dengan proses yang aman di mudah lewat hanya di BFI Finance! Beragam kebutuhan dari mulai modal usaha sampai dengan gaya hidup, semuanya bisa Anda wujudkan! Informasi selengkapnya terkait pinjaman bisa Anda akses melalui tautan di bawah ini. Jaminan BPKB Mobil Dapatkan dana pencairan hingga 85% dari nilai kendaraan dan tenor hingga 4 tahun. Jaminan BPKB Motor Dapatkan pinjaman dengan proses cepat dan tenor maksimal hingga 24 bulan. Jaminan Sertifikat Rumah Bunga rendah mulai dari per bulan dan tenor panjang hingga 7 tahun. Tunggu apalagi? Yuk, segera ajukan pinjaman di BFI Finance. Jangan sampai peluang yang ada terlewatkan begitu saja. Perilaku konsumtif menjadi gaya hidup yang dilakukan dari beragam kalangan. Gaya hidup ini erat kaitannya dengan sifat hedonisme yang identik dengan kegiatan menghambur-hamburkan uang. Nah apa itu perilaku konsumtif? Yuk simak penjelasan di bawah ini karena Moxa akan menjelaskan secara detail mulai dari pengertian konsumtif, faktor penyebabnya, contoh perilakunya, dampak terhadap kondisi keuangan, dan cara mengatasi perilaku ini. yuk simak artikelnya! Apa Itu Perilaku Konsumtif? Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan konsumtif sebagai kata sifat yang memiliki arti hanya mengonsumsi, hanya memakai, dan tidak menghasilkan sendiri. Sementara konsumtif adalah tindakan atau gaya hidup yang sering membelanjakan uang tanpa pertimbangan yang matang sehingga barang yang dibeli tidak terpakai dan menjadi percuma saja. Baca Juga Rekomendasi Buku Keuangan, Anak Muda Wajib Baca Penyebab Melakukan Perilaku Konsumtif Seseorang yang konsumtif umumnya disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor internal dan faktor eksternal. Berikut penjelasannya. 1. Faktor Internal Faktor internal seseorang memiliki perilaku konsumtif terbagi atas Motivasi, maksudnya motivasi disini yaitu hal-hal seperti pemikiran seseorang atas standar tertentu dimana standar ini mendorong ia untuk membeli barang atau jasa secara berlebihan. Harga Diri, harga diri seseorang berpengaruh pada timbulnya perilaku ini. Biasanya, seseorang dengan harga diri yang rendah akan lebih mudah terpengaruh untuk menerapkan gaya hidup konsumtif tanpa disadari. Kepribadian, kepribadian adalah tingkah laku seseorang yang dapat berubah-ubah. Jika tidak memiliki kepribadian yang tegas maka akan sangat berpotensi. 2. Faktor Eksternal Perilaku konsumtif dapat disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti keluarga, kebudayaan, dan kelas sosial. Keluarga merupakan kelompok terdekat yang memiliki pengaruh terhadap cara seseorang mengatur keuangan yang berpotensi menjadi penyebabnya. Kebudayaan dapat membentuk tingkah seseorang untuk melakukan perilaku konsumtif. Kelas Sosial terbagi menjadi beberapa tingkatan seperti dasar kekayaan, pengaruh atau kuasa, kehormatan, dan ilmu pengetahuan. Tingkatan inilah yang membuat seseorang melakukan perilaku ini karena adanya hasrat untuk masuk ke kelas sosial tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, contoh perilaku ini dapat dengan mudah ditemui. FOMO merupakan salah satu contoh perilaku konsumtif yang menerjang generasi muda. FOMO atau Fear of Missing Out adalah perasaan khawatir atau takut ketinggalan akan sesuatu. Misalnya adalah barang keluaran terbaru, tempat makan atau tempat wisata yang lagi viral. Contoh perilaku konsumtif lainnya yaitu membeli barang branded hanya untuk meningkatkan status sosial. Juga membeli barang karena gengsi, bukan karena memang membutuhkannya. Misalnya seperti ponsel keluaran terbaru padahal ponsel yang sebelumnya masih berfungsi. Contoh lainnya adalah membeli makanan terlalu banyak hanya untuk mendapatkan promo dan tidak dihabiskan. Hal yang seperti ini justru dapat membuat arus keuangan menjadi tidak sehat. Baca Juga Apa Itu Literasi Keuangan dan Pentingnya Agar Merdeka Finansial Dampak Perilaku Konsumtif Pada Keuangan Pribadi Perilaku konsumtif yang terus menerus dilakukan oleh seseorang dapat memberikan dampak negatif, khususnya di bagian keuangan. Berikut ini dampak perilaku konsumtif pada keuangan pribadi. 1. Boros dan Terjerat Utang Seseorang yang menjalankan gaya hidup konsumtif cenderung memiliki sifat boros. Ia akan mengutamakan nafsu untuk membeli suatu barang atau jasa sehingga dapat menyebabkan tumbuhnya utang konsumtif. Utang konsumtif merupakan utang yang harus ditekan nilainya yaitu tidak disarankan melebihi 30% dari pengeluaran rutin. Utang yang terus bertambah dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan finansial sampai kehilangan aset. 2. Tidak Punya Tabungan Dampak gaya hidup konsumtif selanjutnya yaitu memiliki manajemen keuangan yang buruk. Salah satunya tidak memiliki tabungan atau dana darurat. Seseorang dengan perilaku konsumtif, umumnya memberlakukan uang yang didapat untuk memenuhi nafsu konsumtif lainnya atau membayar utang sebelumnya. Istilahnya gali lobang tutup lobang. 3. Sulit Merencanakan Keuangan Masa Depan Seseorang yang konsumtif akan kesulitan dalam merencanakan keuangan masa depan karena pendapatannya dihabiskan untuk membeli barang konsumtif yang tidak penting dan bermanfaat. Padahal, hidup tidak hanya untuk hari ini saja. Kita perlu merencanakan masa depan dan meminimalisir risiko buruk yang mungkin terjadi dengan persiapan finansial yang matang. Baca juga 7 Investor Terkenal di Dunia dan Indonesia yang Bisa Jadi Panutan Cara Mengatasi Perilaku Konsumtif Meskipun konsumtif membawa dampak buruk terhadap keuangan dan juga kesehatan tubuh, perilaku ini masih bisa diatasi melalui beberapa cara di bawah ini, seperti 1. Mengatur Prioritas Keuangan Perilaku ini dapat diatasi dengan mengatur prioritas keuangan. Buatlah skala prioritas setiap kali mendapatkan uang. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan harian seperti konsumsi, tempat tinggal, dan utang. Prioritas selanjutnya adalah menabung, berinvestasi, dan beramal. 2. Mencatat Keuangan Harian Mencatat keuangan harian ini sifatnya sebagai alarm atau pengingat sudah berapa banyak uang yang dibelanjakan. Hal ini juga penting untuk evaluasi sehingga kamu bisa mengatur keuangan mana yang bisa dipangkas atau ditambah. 3. Buat Target Keuangan Perilaku ini dapat dihindari jika kamu memiliki target keuangan yang jelas. Misalnya saja memiliki rumah di usia 30 tahun. Dengan begitu, kamu tidak akan terpikirkan untuk menjadi konsumtif karena ada tujuan lain yang lebih penting yang ingin dicapai. 4. Melakukan Kegiatan yang Bermanfaat Selanjutnya adalah dengan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Misalkan bergabung dengan suatu komunitas, mengikuti workshop, atau menekuni hobi. Dengan adanya aktivitas lain yang disukai, pikiran untuk melakukan gaya hidup konsumtif bisa teralihkan sehingga kamu bisa hidup lebih hemat dan bermakna. Dapatkan informasi menarik dari artikel Moxa lainnya. Download aplikasi Moxa untuk memudahkan kamu menikmati berbagai fiturnya. Nikmati kemudahan untuk mengajukan kredit dan pinjaman, beli asuransi, dan berinvestasi hanya dengan satu aplikasi.